Sambas – Daerah perbatasan merupakan bagian dari wilayah Indonesia yang seringkali terabaikan. Pemerintah seakan acuh terhadap apa yang terjadi di sana. Makanya sengketa atau konflik yang dipicu oleh rebutan garis perbatasan pun tak bisa dielak. Tanpa menunggu ularan tangan pemerintah, warga yang tinggal di perbatasan Indonesia-Malaysia di Temajuk Paloh, Sambas, Kallimantan Barat ini berinisiatif mewakafkan tanahnya untuk dibangun pesantren yang akan dijadikan sebagai basis pendidikan agama dan pemberdayaan masyarakat.
Tanah itu diserahkan kepada Dewan Dakwah Kabupaten Sambas selaku nazhir. Sekretaris Dewan Dakwah Kabupaten Sambas Satono menyambut baik niat warga perbatasan tersebut. Tanah wakaf yang diserahkan menunjukkan keseriusan masyarakat Temajuk membangun akhlak dan moral generasinya. Karena memang masyarakat Temajuk sadar, daerah itu akan maju nantinya. Kemajuan, kata Satono, biasanya diiringi masuknya hal-hal negatif. “Pesantren sekaligus lembaga pendidikan sebagai penyaring masuknya hal-hal negatif tersebut,” ujarnya seperti dilansir Pontianak Post, (1/6).
Wakaf tersebut diserahkan M Yani selaku wakif. Dia menyisikhan satu hektar tanahnya untuk dibangun pesantren. Warga, kata Satono, meminta secepatnya lembaga pendidikan tersebut direalisasi. “Kades Temajuk Mulyadi sudah sering meminta kami secepatnya mendirikan pesantren dan lembaga pendidikan Islam di desa ini. Dia berupaya menyediakan fasilitas, buktinya ada warganya yang mau menyerahkan tanah untuk itu,” katanya.
Saat menerima penyerahan wakaf tersebut, di depan tokoh dan masyarakat Temajuk, Satono mengatakan bahwa penyerahan tanah menjadi modal utama kepedulian masyarakat Temajuk, terhadap masa depan akhlak, moral, dan agama generasinya. Namun pembangunannya tidak mudah, sehingga perlu kerjasama semua pihak. Karena kalau berjalan sendiri-sendiri, tentu sulit terealisasi.
“Ini amal jariyah yang luar biasa akan dibalas Allah. Karena memang pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Masyarakat yang membangun, melaksanakan, dan menikmatinya nanti,” tuturnya.
Satono setuju dengan permintaan masyarakat, jika di Temajuk harus ada lembaga pendidikan Islam. Sebelum pembangunan masuk dan kemajuan terlanjur dirasakan, masyarakatnya, terutama generasi muda harus dibentengi dengan nilai-nilai agama. Sebagai filter dampak ikutan dari kemajuan itu sendiri. “Kami atas nama pemerintah dan lembaga mengucapkan terimakasih untuk ini,” katanya. (hen/ponpos)